Senin, 30 November 2015

Curhat Bersama Ayah... (Part I)



Yah, apa kabar di sana? Udah 16 tahun lebih kita gak ketemu ya, Yah. Oiya fikri sekarang udah kuliah di bogor. Kita sekarang udah LDR’an semua Yah. Mamak di Tebing, Kakak di Aceh, Fikri di Bogor, dan Ayah di Surga. Hehe. Suatu saat nanti kita bakalan kumpul sama-sama lagi di surga Yah. Kakak masih ingin memperbanyak bekal amal di dunia dan masih pengen bahagiain mamak. Masih pengen ngasih mamak cucu yang cakepnya kayak ayah, cantiknya kayak mamak, cerdasnya kayak kalian berdua. Hahaa. Sekarang kakak sama fikri lagi berjuang buat bisa bikin mamak dan ayah bangga, masih berjuang biar bisa naikin mamak haji, masih berjuang buat bisa membalas segala jasa jasa dan pengorbanan wanita luar biasa itu. Mamak hebat kan yah. Bangga dong ya punya istri kayak mamak. Ciyeeeee. Kami juga bangga punya orang tua kayak kalian. Walaupun kebahagiaan yang kita rasakan selama ayah hidup bisa dihitung jari.

                Yah, Kenapa secepat itu sih ayah ninggalin kami? hanya sedikit kisah yang kuingat bersama ayah dulu. kakak dulu manja banget ya Yah. Sampe sekarang malah. Haha. Pernah kan saat usia kakak sekitar 3 atau 4 tahun gitu kalo gak salah, waktu itu ayah bisulan, tapi kakak tetep  merengek minta dibeliin roti panggang yang letaknya jauh dari rumah. dengan bisul dibokong, ayah berjuang menaiki vespa kesayangan ayah demi menuruti permintaan anak kesayangan yg manjanya luar biasa ini. Tiap hari wajib beli es krim kesukaan kakak yaitu es krim conello. yang lain gak mau. wajib diturutin. Pernah juga waktu kakak kumat mengkeknya kakak minta antarin ke sungai dan itu udah malem. Padahal kan di kotanya gak ada sungai, malem-malem pulak tu. Sanking gak pengen ngecewain anaknya, ayah ngajak aku main ke rumah si Udun. Anak teman dekat ayah. Ayah selalu nurutin apa yang kaka minta, terbukti bahwa ayah sayang banget sama kakak. Setiap pagi kakak selalu inget kita nyapu halaman berdua, kemudian ngasih makan ikan mas yang ada di kolam depan. Sungguh. Kakak rindu Istana kita yang dulu. Tempat dimana kaka, ayah dan mamak selalu menghabiskan waktu bersama tanpa ada jarak diantara kita. kaka selalu ingat cara ayah mengajari kakak hidup sehat, sikat gigi, kumur-kumur pake listerin. Tapi sayang, Fikri gak pernah punya kenangan sama ayah, bahkan wajah ayah pun dia tidak tahu. Adikku terlalu kecil saat kau tinggalkan, Yah.
                Ayah tau, sehari sebelum ayah dipanggil Allah. kami begitu bahagia dan antusiasnya mendengar kabar mamak yang menyatakan bahwa ayah besok akan ke tebing menjemput kam, dan kami semua akan tinggal bersama di pecan baru untuk kedepannya. “besok ayah pulang.” Kata mamak mengawali pembicaraan sebelum kami terpejam malm itu. Dengan kepolosan kami berteriak kesenangan di tempat tidur, lalu fikri berkata dengan celoteh khas bocah yang baru berusia 2tahun “ayah adek putih, ayah kaka hitam”. “Ayahnya kan satu. Ayah adek sama ayah kakak sama gantengnya.” Mama memotong celotehan absurd Fikri. Tapi ternyata Takdir berkata lain. Disaat kami begitu bahagia menanti kepulangan ayah disaat itulah Allah mengambil ayah dari kami. Allah mengetahui mana yang terbaik untuk hambanya. Allah memiliki rencana lain untuk kami. Keesokan harinya aku dijemput uwakku di sekolah. Saat itu aku masih kelas 2 SD dan gak tau maksudnya apa. Sampai di rumah mamak nangis dengan sangat histeris dan rasa kecewa yang mendalam. Entah apa yang terjadi. Suasana yang sangat pilu. Aku sama sekaali bingung namun enggan bertanya.  Lalu kami laangsung dibawa ke medan. Ya Tuhan, Alangkah shocknya kami saat itu ketika melihat jenazah ayah terbaring di depan kami. Iya! Benar! Ayah menepati janjinya! Ayah pulang hari itu juga sesuaai janjinya. Tapi pulang menghadap sang ilahi. Iya! Benar! ayah menemui kami! tapi dalam keadaan tidak bernyawadan untuk yang terakhir kalinya. Iya! benar kata fikri, ayahnya putih! Iya! Sangat putih! putih pucat berbalut kain kafan, wajah tenang yang begitu berseri. Ayahku mengalami kecelakaan saat perjalanannya membeli tiket dari Pekan Baru menuju Medan. Begitu mendadak. Begitu spontan kepergian ayah. dan ibuku… ya Tuhan, begitu beratnya cobaan mamak, seorang ibu rumah tangga yang ditinggalkan suami yg sangat dicintainya disaat usianya masih 31 tahun dan dititipkan amanah untuk membesarkan 2  orang anak yang masih sangat kecil.

                Ayah, sungguh yah, tak mudah bagi kami mentertawakan waktu yang ternyata begitu cepat habisi perlahan sisa umur tanpamu, tak mudah bagi kami menyeret langkah untuk masa depan tanpa restumu, tak mudah bagi kami melihat mama berjuang sendiri tanpa engkau temani, tak mudah bagi kami berpose manis tanpa bisa kami abadikan bersamamu, Ayah. Ah. Andai semua itu bisa diulang, andai kita tak terpisah jarak, andai ayah bisa membatalkan janji ayah untuk pulang, andai mamak bisa mengambil keputusan tersulit itu, andai…………. !!!!!!!!!!!!!!
sekali lagi, semuanya sudah diatur. Dan ini rahasia Allah. selalu aku percaya, bahwa hidup akan dibuat Allah baik-baik saja, dan Allah gak akan pernah memberi cobaan diluar batas kemampuan hambaNYA. Dan Alhamdulillah 16 tahun tanpa ayah telah kami lewati. Kami beruntung memiliki ibu yang hatinya entah terbuat dari apa. Ibu yang sangat luar biasa. Wanita yang begitu pantas untuk kami bahagiakan kelak.
                                                                                                                                                                                               
       
        
 30 Nov 2015 (20:42)

Yah, sebenarnya kakak gak sanggup mengupas lembaran usang di memori otak kakak tentang ayah. bukan karna kakak udah lupain ayah, tapi kakak takut kamar kakak banjir karna air mata yang meluap ini.

Yah, kakak sekarang udah dewasa. tapi menjadi dewasa itu gak enak. Sekarang kakak ngerasa kakak semakin mundur, entah karna jenuh atau apalah namanya. Kakak ngerasa, kakak yang sekarang berbanding terbalik dengan kakak yang dulu. yang selalu bisa bikin mamak tersenyum bangga, yang nurut apa kata orang tua, yang disayangi semua orang. Sekarang kakak selalu bikin kesel, gak ada prestasi yang bisa kakak pamerkan ke mamak, bahkan orang-orang mungkin udah sedikit yang sayang sama kakak. Kadang rasanya ingin sekali kakak kembali kemasa kecil, Yah. Siti yang lugu dan pemalu itu. Banyak hal yang ingin kakak ulang, masih banyak penyesalan-penyesalan yang jika jarum jam bisa muter ke kiri ingin sekali kakak perbaiki semuanya. Tapi semuanya udah berlalu. Apapun itu kakak berharap agar kedepannya kakak bisa jadi lebih baik lagi. Mungkin ini proses pendewasan kakak. Gak selamanya hidup ini datar. Roda pasti berputar, jika saat ini adalah fase dimana kakak sedang jatuh dan berada di bawah, mungkin suatu saat nanti kakak bisa bangit lagi dan berada di atas. Yang penting bersyukur selalu sama Allah.
                 
Btw, Ayah, tau gak kenapa kakak nulis ini? sebenarnya kakak pengen banget banget cerita sama ayah, curhat tentang apapun sama ayah, kakak pengen seperti mereka yang masih bisa bersenda gurau bersama ayahnya. Banyak hal yang pengen kakak ceritakan sama ayah. Yah, Ayah kenapa gak pernah singgah di mimpi kakak? Kakak rindu loh. Apa disanaa ayah udah bahagia ditemani para bidadari sampai-sampai lupa menjenguk anaknya sendiri di dalam mimpi. Semenit aja Yah. Kakak ingin rebah di dada bidang ayah, ingin melepas segalah gundah yang kakak rasa.  Kakak lagi butuh ayah sekarang. Butuh orang yang benar -benar bisa menenangkan.

Selepas magrib tadi Yah, air mata kakak tumpah di sajadah. Entah kenapa akhir-akhir ini kakak sering nangis, kakak sadar kakak memang cengeng tapi kali ini nangis karna kakak ngerasa Allah mulai jauh dari kakak. Apa Allah udah gak sayang kakak lagi ya Yah? Tapi kakak gak pengen dibenci Allah, Yah. Kakak takut Allah ninggalin dan gak mau nolong kakak lagi. Barangkali dosa kakak udah banyak sama Allah. Mudah-mudahan Allah masih mau maafin kakak ya Yah. Masih mau dengar dan kabulin doa-doa kakak, masih mau nolongin dan jadi pelindung buat kakak. Karna kakak bukan siapa-siapa tanpa ridhoNYA.

Kadang air mata kakak juga suka tiba-tiba tumpah jika memikirkan hal-hal yang sebenarnya udah tertulis di kitab lauhul mahfuzh. Kakak sering mengkhawatirkan masa depan kakak. Seperti saat ini Yah, setahun belakangan ini begitu banyak masalah akademik yang kakak hadapi, kakak belum juga wisuda padahal 5 tahun sudah kakak lewati. Ada aja halangan yang bikin kakak gagal wisuda tepat waktu. Ada aja kendala saat proses penyelesaian tugas akhir kakak. Kakak capek yah. Bener-bener capek. Harusnya umur segini kakak sudah bisa meringankan beban mamak, harusnya kakak udah bisa bantu mamak biayai kuliah fikri. Tapi kenyataannya, umur segini kakak belum jadi apa-apa. Belum bisa memberikan sesuatu yang kakak dapat dari hasil keringat kakak buat mamak. Apalagi buat bantu biaya kuliah fikri, Kakak aja masih minta mamak. 

                Yah, Ketika orang-orang menyudutkan kakak, kakak harus jawab apa? Ketika kakak dibanding-bandingin dengan orang lain yang lebih baik nasibnya saat ini ketimbang kakak, apa yang harus kakak lakukan? Kakak gak cukup pintar beralibi, kakak gak mampu mengelabui fakta, Bibir Kakak gak cukup kuat tersenyum sementara hati kakak terus-terusan menangis. Apalagi mama. mungkin mama sedih, kecewa, bahkan marah sama kakak tapi lagi-lagi wanita hebat itu tak menunjukkan guratan kekecewaan di wajahnya. Bahkan ketika orang-orang menyudutkan kakak, dialah orang yang matimatian membela kakak. Dia tau kalau anaknya sedang berjuang melewati ujian dari Allah. mamak lah orang yang terus-terusan menyemangati kakak, mendoakan kakak. Dan darinyalah kakak belajar menjadi wanita yang selalu bersyukur, ikhlas, dan pasrah namun tetap ikhtiar. Sungguh, kebahagiaannya adalah tujuan kakak untuk sukses Yah. walaupun untuk bisa wisuda tepat waktu kakak udah gagal, mudah-mudahan kakak bisa lulus dan wisuda pada waktu yang tepat. Entah akan jadi apapun kakak nanti, kakak pasrahkan sama Allah. kakak Cuma minta untuk selanjutnya supaya dimudahkan Allah segala urusan kakak hingga mendapat pekerjaan dan semoga diberi kesehatan, kecukupan rezeki hingga kakak nanti bisa mewujudkan impian kakak untuk bahagiain mamak. Aamiin. InsyaAllah. Kakak gak mau menjadi hamba yang fakir lagi kufur.

                Terus Yah, kakak pengen cerita sama ayah masalah jodoh. Kakak sering menghayal siapa pria yang akan mempersunting kakak untuk jadi pendamping hidupnya kelak. Saat ini kakak udah 23 tahun yah, walaupun masih banyak kekurangan tapi kakak akan terus belajar bagaimana menjadi istri yang baik untuk suami dan ibu yang baik untuk anak-anak kakak kelak. Semoga sifat baik siti khadijah dan mamak bisa nular ke kakak ya.

Sebenarnya jodoh udah diatur, tapi apa salah meminta kan Yah. Gak muluk-muluk, kakak Cuma pengen memiliki suami yang mencintai ALLAH, mencintai orang tuanya, bisa membimbing kakak menjadi lebih baik, yang bisa menghasilkan keturunan yang baik, sosok pemimpin yang bisa membahagiakan keluarganya di dunia maupun untuk bekal di akhirat. Sulit memang mencari yang seperti itu di zaman sekarang ini, apalagi kakak juga sadar kakak beleum sempurna. Maka dari itu kakak akan memantaskan diri agar dapat lelaki yang pantas. Tapi yasudahlah Yah. Allah lebih tau mana yang terbaik buat kakak. Yang penting bisa saling melengkapi dan bisa sama-sama menerima kekurangan masing masing, itu saja sudah cukup.

                Oiya, Ayah udah tau belum siapa lelaki yang sedang kakak cintai saat ini? namanya Ardan. Udah lama sih kakak kenal dia. Dari SD. Tapi kita gak pernah sapaan. Ayah tau sendirikan kakak anaknya Dari dulu emang pendiam, dan malu untuk memulai duluan. Sampe sekarang kakak masih sering gak PD’an loh Yah. tapi gak separah dulu kok. Dia anak guru agama kakak, ayahnya udah meninggal juga. Kalo ayah ketemu di surga sana, coba ayah tanya-tanya gimana Ardan sama ayah dia. Siapa tau sedikit info bisa membantu dan restu kalian akan sangat mendukung. Ceileee

                Sedikit tentang ardan. Ngggg’… dia itu entahlah, yang kakak tau  sih saat ini kakak mencintainya. Itu aja. Gak peduli gimana dia. Apapun yang terjadi, sadar ataupun enggak anggap aja itu the power of love. Kakak cinta dia apa Ardannya. Sebenarnya kakak sering bertanya-tanya, apakah memilih menautkan hati pada Ardan adalah keputusan yang salah? Karna jujur, dalam hal cinta, kakak agak selektif. Makanya baru 2x kakak berani pacaran. Yang pertama karna iseng dan berakhir dengan drama yang kakak buat dan akhirnya merasa  bersalah  sendiri. Dan yang kedua sama Ardan. Awalnya kakak takut jatuh cinta lagi kalo pada akhirnya patah hati lagi. Tapi perasaan kakak ke dia beda Yah. Entah karna dia itu cinta pertama atau obsesi semata. Soalnya dari kecil dulu mamanya sering bilang calon menantu gitu ke kakak, sampe temen-temen ikut ngejekin kakak. Gara-gara itu kakak jadi gak suka kalau dia ikut mamanya datang ke sekolah, pokoknya kakak jadi sinis aja bawaannya sama dia karna diciyeciyein gitu. Tapi lama-kelamaan kakak jadi suka perhatiin dia diem-diem, waktu smp juga kami satu sekolah Yah, tapi beda kelas. Kakak bahkan gak berani lewat kelas dia karna takut jumpa. Tapi itu Cuma perasaan kakak aja. Kalo dia, biasa aja sih, gak mau kenal malah sama cewe super cupu kayak kakak. Tapi kakak anggap itu Cuma perasaan perasaan absurd yang gak untuk diseriusin. Eh, 7 tahun kemudian entah itu kebetulan, ataupun takdir yang udah dituliskan, kita ketemu lagi Yah, di lapangan futsal. Hahaaaa. Awalnya biasa aja sih, toh aku juga udah bukan siti yang dulu, aku udah tau arti cinta yang sesungguhnya bukan cinta monyet kek zaman dulu. aseeeeekkk. Tapi lagi lagi aku sulit memedakan apakah ini cinta yang belum tuntas atau penasaran atau apasih aku gak ngerti. Pokoknya kakak cinta dia. (baca: titik).

                Singkat cerita, Sampai pada akhirnya kita memutuskan untuk menjalin hubungan as know as pacaran. Tapi ternyata mamak ngelarang kita pacaran karna memang itu dilarang dalam islam, kakak pun ngerti tujuan mamak ngelarang kan demi kebaikan kita juga. Kita dilarang ketemuan lagi. Bahkan saat itu Ardan diceramahi habis-habisan sama mamak. jujur kakak sedih liat ardan kena ceramah walaupun cara nyampaikannya bagus tapi tetep aja kakak gak enak sama dia, karna gk tau apa-apa tiba-tiba diceramahi. Disatu sisi kakak juga sayang mamak, kak gak mau melawan mamak, kakak gak mau nyesel karna apa yang mamak larang itu pasti yang terbaik untuk anaknya karna kakak udah berpengalaman apa aja kata-kata mamak yang gak kakak turuti, pasti kakak sendiri yang rugi. Seperti kejadian yang lalu lalu. Dulu mamak selalu nyuruh kakak ngaji qur’an di tempat wak rakim, tapi kakak gak mau karna perginya malam-malam, gak ada temen. Akhirnya apa? kakak belajar sendiri, gak ngerti tajwid dan masih terbata-bata. Waktu smp sebenarnya mamak nyuruh kakak masuk pesantren biar mandiri dan lebih bagus ketimbang yang umum tapi kakak gak mau, kakak lebih milih smp 1. Akhirnya apa? sampe sekarang kakak gak mandiri-mandiri, semua masih bergantung sama mama, dan ilmu kakak masih sangat dangkal sekali. Terus waktu smp mamak nyuruh kakak les bahasa inggris, tapi kakak gak mau. Kakak lebih milih les di bimbel ketimbang English course. Akhirnya apa? Sampe sekarang kakak lemah banget bahasa inggrisnya. Banyak lagi hal-hal spele yang menimbulkan penyesaalan ketika perkataan mamak gak kakak dengarkan, dan sadarnya setelah itu terjadi. Hal kecil lainnya, ketika di Pekan Baru, pada hari jum’at tepat jam 12 siang. Kakak manjat di pagar. Waktu kecil kakak memang lasak. Mamak udah melarang kakak. “jngan manjat-manjat kak, jam 12 ini, nanti ditolak setan.” Akhirnya apa? Bener, kakak jatuh dan wajah kakak bonyok cium tanah. Ah jika diingat-ingat seharusnya kakak gak mengabaikan setiap kata-kata  mamak. begitu pula dengan pacaran.  Ya Allah, ampuni aku. Mungkin ini yang membuatMU menjauhiku. Mamak udah ngelarang, Tapi yang namanya lagi jatuh cinta, kita tetep keukeh ngejalanin ini semua sampe-sampe kakak ngelawan mamak, kalo inget-inget byak efek negatifnya ketimbang positifnya kakak nyesel banget waktu itu gak dengerin kata mamak buat gak usah pacaran. Maafin kakak ya Mak, Yah. Mudah-mudahan kakak sama ardan sedikit demi sedikit akan membiasakan untuk melakukan hal-hal positif demi kebaikan bersama. Termasuk akan lebih mendekatkan diri pada Allah. entah gimana caranya, kakak akan berusaha sebisa kakak.

                Menurut ayah, Ardan baik gak sih untuk kakak? Kalo kata kakak sih Ardan itu baik, dia dewasa, dia lelaki yang paling sabar setelah ayah dalam menghadipi  keegoisan dan tingkah kakak yang kadang ngeselin, Ardan juga tipikal pekerja keras yang gak manja dan bisa diandalkan. Tapi soal bisa enggaknya dia ngebimbing kakak dan anak-anak kelak, kakak gak tau, dia kurang relijius Yah. Sholatnya juga masih bolong-bolong, Tapi kakak selalu berdoa semoga perlahan ardan bisa menjadi lebih baik dari sekarang. Entah dari segi kerelijiusannya, sifatnya, rezekinya, karirnya. Apapun itu kakak selalu doain yang terbaik untuk Ardan. Karna kakak sayang Ardan. Karna dia kakak sering senyum-senyum sendiri, gak jarang juga kakak nangis gara-gara dia. Kami sering berantem karna hal spele. Terus besoknya baikan. Selalu aja gitu. Kadang dia ngalah, kadang enggaak. Jujur kakak gak sanggup kalo dia udah ngediami kakak, apalagi kalo dibentak. Kakak paling gak bisa dicuekin dan dikasarin. Tapi sumpah, hampir 2 tahun pacaran, ardan gak pernah kok kasar sama kakak. Dan ayah pasti gak rela dong anaknya dikasarin orang. Karna kesabaran dan kelembutannya itulah yang membuat kakak tergila gila sama dia. Andai aja ayah masih hidup, pasti ayah bisa nilai ardan gimana. Kadang-kadang kakak begitu yakin ingin menua bersamanya, tapi ketika sedang berantem gini kakak jadi ragu. Yang jelas, siapapun yang akan menjadi mantu ayah nanti , kakak berharap dia adalah orang yang tepat, lelaki terbaik pilihan Allah yang bisa membawa kakak dan keluarga kearah kebaikan pula. Insyaallah.

Yah, udah dulu ya. Kakak pusing. Mau istirahat dulu.
Kalo di surga ada jaringan internet, ayah buka blog kakak terus komen yaa. Heheee maaf ya yah ceritanya kepanjangan, bertele tele. Makasih kalo ayah mau meminjamkan waktunya. Lainkali kita cerita lagi ya yah. Daaaaaaaaa ayah. ayah akan selalu hidup di hati kakak. I miss you so much.
Tolong sampaikan pada para malaikat untuk meng-Aamiin-kan harapan dan doa-doa baik kakak ini yaa. Semoga diijabah Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar