Sabtu, 19 Agustus 2017

CINTA ITU DIAM?

saya pernah membaca sebuah kutipan dari adimasimanuel; "Tak ada yang bisa menjamin seseorang bisa selamat dari jatuh cinta. Cinta itu asu tanpa ransi." iya bener. dan saya pun setuju. bahkan kalo pun bisa, resikonya gak sebanding sama premi. cinta itu judi, perasaanmu jadi taruhannya.

entah, begitulah saya akhir-akhir ini, semacam kesal sedih dan ingin memaki, tapi semacam merasa bodoh dan ingin mentertawai diri sendiri. semua hanya perkara cinta. hahaaaa. sebelum Ia datang dan menawarkan janji janji manisnya, saya selalu merasa bahwa cinta dari keluarga adalah yang termanis. itu pasti. dan saya tak menyangka setelah hadirnya dia, manisnya dia justru yang membuat saya diabetes. ah lagi lagi cinta itu sumber penyakit.

3 tahun lebih saya dan dia menjalin hubungan gak halal, dan bagi saya yang baru mengenal cinta,  itu sudah cukup lama. tapi gpp lah, toh waktu sekarang emang cepet banget berlalu, barangkali begitu juga perasaannya pada saya. karna saya terlalu pede jika mengatakan bahwa perasaan dia masih sama. masih cinta saya. hahaaa. jika membahas tentang dia, selalu saja ada bahan buat dikenang, yang buat nangis, yang buat ketawa, yang buat kesal, yang buat curiga, yang buat senyum senyum sendiri, yang buat degdegan, yang buat surprise, yang buat bangga, yang buat kasian, yang buat gak pgn jauh darinya, yang buat galau berkepanjangan, yang buat pgn cepat2 nikah, kadang juga pgn cepat2 move on darinya. ah segalanya. dan kali ini saya menulis sambil mengingat dia dengan perasaan yang......... biasa saja.
kenapa biasa saja? ya karna saya gak mau sedih2 lagi. capek lah. tapi terlalu bahagia juga engga baik. sekarang saya mesti banyak2 berserah dan memohon yang terbaik sama Yang Kuasa. apalah daya saya yang tak bisa berbuat apa2. yang tak tau harus berjuang dengan cara apa. yang ingin membuktikan cinta lebih dari sekedar kata2, namun tetap saja disangkal mentah2.
entah masih dianggap atau enggak, yang terpenting sekarang saya sudah tak ingin berharap terlalu banyak. tentang dia. tentang masa depan. huh. kecewa? jelas. mempertahankannya? enggak, karna bertahan sendirian itu enggak ada gunanya. saya sih udah gak mau temakan iming iming lagi. cukuplah sampai disini. mudah2an saya bisa membuka hati lagi pada yang lain, dipertemukan dengan yang lebih baik. saya pun tau dia di sana lelah. lelah dengan kerjaannya. lelah dengan sikap saya yang menurut dia gak menghargai perasaannya. entahlah dia gak tau yang sebenarnya. semoga dia baik baik saja dan akan tetap baik.

saya tidak membencinya, tak pernah sedikitpun ada kebencian di hati saya, dan memang dia bukan seorang yang pantas dibenci. saya hanyalah seseorang yang ingin mengingatnya tanpa ada kesal pun sesal. yang ada hanya rasa syukur yang menebal. entah kalau dia ke saya. yang pasti, saya sayang dia. saya juga tau saya banyak salah sama dia. tapi ketika percaya dan setia udah jadi barang langka dan kebenarannya selalu dipertanyakan, kini diam lah yang menjadi senjata pamungkas kita. ujung2nya kita akan jadi sepaasang asing yang mencoba merawat lukanya masing masing.

kalaupun segala prasangka saya benar adanya, dia sudah tak mengagnggap saya lagi, satu satunya hal yang mungkin paling saya sesali adalah pernah begitu mudahnya luluh oleh hati seseorang yang tak pernah sungguh. tapi setidaknya dulu saya tak sedewasa ini. setegar ini. sebiasa ini.
pada akhirnya, saya harap senantiasa ada maaf yang tak mengenal garis akhir. saya harap ada balasan untuk segala yang sudah berjalan. mudah2an bukan diam yang menjadi jawaban. mudahmudan bukan hati lagi yang harus menjadi korban. karna jatuh cinta padanya adalah hadiah rasa dari Tuhan yang paling  saya syukuri. yang ingin saya jaga tanpa hingga, tanpa henti, tanpa tetapi, yang siiklusnya ingin saya ulangi berkali kali. dari pagi ke pagi lagi. sekarang terserah dia. dan saya pasrahkan padaNYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar